UPdates - Pemerintah Palestina mengumumkan rencana senilai $67 miliar atau sekitar RpRp1,1 kuadriliun (sama dengan Rp1.100 triliun) untuk membangun kembali Jalur Gaza dalam jangka waktu lima tahun.
You may also like : Israel Bantai Keluarga Dokter di Gaza, 9 Anaknya Tewas, Suami Luka Parah
Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Mohammad Mustafa di Ramallah, Kamis, 16 Oktober 2025 waktu setempat.
You might be interested : Pejabat Israel Ragu Gencatan Senjata Permanen di Gaza, Trump Yakin Itu Mungkin
Disadur dari Middle East Monitor, Mustafa menjelaskan bahwa rencana untuk membangun kembali Gaza disusun bersama para ahli Arab dan internasional dan bertujuan untuk memulihkan Gaza yang hancur akibat hampir dua tahun serangan Israel yang menewaskan puluhan ribu orang.
Mustafa menambahkan, program tersebut terdiri dari tiga tahap utama. Tahap pertama akan berlangsung selama enam bulan dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan kemanusiaan dan perbaikan infrastruktur mendesak.
Dilansir Keidenesia.TV dari RRI, Jumat, 17 Oktober 2025, anggaran yang disiapkan untuk tahap pertama tersebut mencapai sekitar Rp58 triliun. Untuk tahap kedua akan berlangsung selama tiga tahun dengan biaya mencapai Rp197,6 triliun.
Sementara tahap ketiga akan menitikberatkan pada penyelesaian rekonstruksi dan pemulihan jangka panjang. Menurut Mustafa, pihaknya kini tengah melakukan pembicaraan dengan mitra internasional untuk mencari sumber pendanaan.
Sebuah konferensi rekonstruksi besar dijadwalkan akan digelar di Mesir satu bulan setelah perang berakhir. Menolak campur tangan asing dalam tata kelola Gaza, Mustafa menyatakan Palestina “tidak meminta jaminan dari siapa pun” terkait pemerintahan.
Ia menegaskan bahwa Otoritas Palestina (PA) berencana memperluas kewenangannya ke Gaza ketika situasi memungkinkan. Mustafa menambahkan bahwa tidak akan ada perpecahan internal Palestina dalam hal ini.
Mustafa menegaskan bahwa Gaza tetap merupakan bagian dari negara Palestina. Ia mengatakan bahwa PA terus bekerja “siang dan malam” untuk memulihkan pemerintahan di wilayah tersebut.
Negosiasi tahap kedua perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas diperkirakan akan dimulai dalam beberapa hari ke depan. Hamas menuntut penghentian total perang, penarikan penuh pasukan Israel, dan hak untuk mempertahankan persenjataannya.