UPdates—Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Jumat waktu setempat mengatakan ia telah memerintahkan dua kapal selam nuklir untuk ditempatkan di wilayah dekat Rusia sebagai tanggapan atas ancaman dari mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
You may also like : 
Trump Protes Presiden Biden Perintahkan Bendera Dikibarkan Setengah Tiang saat Ia Dilantik
"Saya telah memerintahkan dua Kapal Selam Nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang tepat, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh dan provokatif ini lebih dari sekadar itu," kata Trump dalam sebuah unggahan media sosial yang menyebut pernyataan Medvedev sangat provokatif sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Telegraph Online, Sabtu, 2 Agustus 2025.
You might be interested : 
Sekutu Vladimir Putin Beri Peringatan Perang Dunia III ke Amerika Serikat
Trump mengatakan ia mengirim kapal selam tersebut karena kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan. "Saya harap ini tidak akan menjadi salah satu contohnya," tegasnya.
Trump dan Medvedev, yang merupakan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, saling mengejek dalam beberapa hari terakhir. Itu terjadi setelah Trump pada hari Selasa mengatakan Rusia memiliki 10 hari untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina atau akan dikenakan tarif, bersama dengan pembeli minyaknya.
Moskow, yang telah menetapkan persyaratannya sendiri untuk perdamaian di Ukraina, belum menunjukkan tanda-tanda akan mematuhi tenggat waktu Trump.
Medvedev pada hari Senin menuduh Trump terlibat dalam permainan ultimatum dan mengingatkannya bahwa Rusia memiliki kemampuan serangan nuklir era Soviet sebagai pilihan terakhir setelah Trump memberi tahu dia untuk menjaga ucapannya.
Medvedev muncul sebagai salah satu tokoh anti-Barat Kremlin yang paling vokal sejak Rusia mengirim puluhan ribu pasukan ke Ukraina pada tahun 2022.
Kritikus Kremlin mencemoohnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun beberapa diplomat Barat mengatakan pernyataannya menggambarkan pemikiran di kalangan pembuat kebijakan senior Kremlin.
