UPdates - Hari Cincin Kawin Nasional diperingati setiap 3 Februari sebagai momen yang penuh makna bagi pasangan yang sedang jatuh cinta. Tanggal ini menandai tradisi bertukar cincin kawin sebagai simbol komitmen dalam pernikahan.
Dikutip Keidenesia dari laman National Today, Senin, 3 Februari 2025, kincin kawin dianggap sebagai simbol wajib di hampir semua budaya di dunia. Pada saat pernikahan, pasangan bertukar cincin sebagai tanda ikatan mereka. Cincin tersebut dikenakan setiap saat, seringkali berfungsi sebagai penanda status seseorang apakah mereka masih lajang atau sudah berkomitmen.
Namun, cincin kawin tidak selalu menjadi bagian dari upacara pernikahan. Pada zaman dahulu, yang diperlukan untuk mengesahkan sebuah pernikahan hanya sekadar pertukaran janji secara lisan.
Tradisi cincin kawin pertama kali muncul di Mesir kuno, di mana pasangan mengenakan cincin yang terbuat dari anyaman buluh dan kulit sebagai simbol cinta mereka. Selanjutnya, orang-orang Yunani dan Romawi mulai mengenakan cincin bertanda tangan sebagai tanda pertunangan.
Perjalanan sejarah cincin kawin tak hanya mencakup evolusi tradisi tersebut, tetapi juga bahan dan bentuk cincin yang digunakan dari masa ke masa. Pada Abad Pertengahan, cincin yang diberikan pasangan bertema gambar Yesus Kristus.
Sekitar abad ke-11, cincin Claddagh dari Irlandia menjadi populer, dengan desain khas yang menampilkan hati di antara dua tangan yang saling menggenggam. Pada abad ke-15, cincin Posy muncul, yang dihiasi dengan ayat atau puisi yang tertulis di atasnya.
Meskipun cincin berlian kini identik dengan pernikahan, batu mulia ini sebenarnya tidak selalu menjadi bagian dari tradisi. Kegemaran akan cincin berlian baru dimulai pada tahun 1947 berkat strategi pemasaran De Beers, perusahaan pertambangan berlian.
Untuk meningkatkan penjualan, mereka memasarkan berlian sebagai simbol abadi dalam pernikahan, melahirkan ungkapan terkenal "berlian itu abadi."
Dengan demikian, Hari Cincin Kawin Nasional bukan hanya merayakan simbol cinta dalam bentuk cincin, tetapi juga mengingatkan kita pada panjangnya perjalanan tradisi ini yang terus berkembang seiring waktu.