UPdates—Polandia mengerahkan sekitar 40.000 tentara, naik dari sekitar 10.000, ke perbatasan timur negara itu dalam beberapa hari mendatang sebagai respons terhadap latihan militer Zapad Rusia-Belarus, yang dimulai di Belarus pada 12 September.
You may also like : Setelah 11 Tahun Hilang, Pencarian Pesawat MH370 Dimulai Kembali
Hal itu diungkap Wakil Menteri Pertahanan Nasional Polandia, Cezary Tomczyk kepada saluran televisi Polsat News, pada Rabu malam waktu setempat.
You might be interested : Serang Ukraina dengan Rudal Hipersonik, Rusia Kirim "Ancaman" ke AS dan Inggris
"Polandia telah mempersiapkan latihan Zapad-2025 selama berbulan-bulan. Militer Polandia melakukan latihan yang diikuti oleh lebih dari 30.000 tentara," kata Cezary Tomczyk sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari Anadolu, Kamis, 11 September 2025.
"Tentara Polandia dan NATO dibutuhkan untuk merespons Zapad-2025 secara memadai," lanjut Tomczyk.
Menurutnya, latihan Rusia dan Belarus dianggap ofensif. "Di sinilah perang di Ukraina dimulai. Oleh karena itu, militer Polandia telah mempersiapkan diri untuk ini. Dalam beberapa hari mendatang, kami akan menempatkan sekitar 40.000 tentara di perbatasan," jelasnya.
Tomczyk melanjutkan dengan mengatakan bahwa pelanggaran wilayah udara oleh pesawat nirawak Rusia pada malam 9-10 September terkait dengan latihan militer Zapad-2025.
Pada malam Selasa hingga Rabu, 19 pesawat nirawak menyusup ke Polandia, dan pesawat-pesawat nirawak yang dianggap mengancam ditembak jatuh.
Sehari setelah pesawat nirawak Rusia melanggar perbatasan Polandia, Kremlin, Kementerian Luar Negeri Rusia, dan Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa pesawat nirawak yang ditembak jatuh di Polandia adalah milik militer Rusia.
Belarus, pada gilirannya, mengatakan bahwa mereka telah memberi tahu Polandia dan Lituania tentang pesawat nirawak yang "hilang".
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengeluarkan pernyataan atas nama 27 negara anggota menegaskan penilaian mereka terhadap tindakan Rusia.
"Eskalasi serius tindakan Rusia, tindakan agresif dan sembrono yang mengancam keamanan warga negara Uni Eropa, stabilitas regional, dan perdamaian internasional," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa tersebut.
Sementara itu, Tiongkok pada hari Kamis mendesak Polandia dan Rusia untuk menangani isu drone ini melalui perundingan.
"Kami berharap pihak-pihak terkait dapat menangani sengketa dengan baik melalui dialog dan konsultasi," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing.