UPdates—Temperatur suhu di sejumlah wilayah di Indonesia belakangan ini terasa jauh lebih panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut penyebabnya adalah Monsun Australia.
You may also like : 12 Siswa Pingsan Tiap Hari karena Panas Ekstrem, Sekolah Diliburkan di Sudan Selatan
"Kondisi pasokan udara yang minim sekali. Penyebab Monsun Australia menguat sehingga awan-awan sulit terbentuk," kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Sabtu, 18 Oktober 2025 sebagaimana dilansir Keidenesia.tv dari RRI.co.id.
You might be interested : 2024 Menjadi Tahun Terpanas yang Pernah Tercatat
Dengan kondisi itu, menurutnya, matahari ini berada di dekat garis khatulistiwa dalam bulan Oktober ini. "Dan tidak ada awan sebagai payung, yang bisa mengurangi paparan sinar matahari menyebabkan panas menyengat," jelasnya.
Andri menjelaskan, kondisi ini membuat suhu panas berlangsung lama, ditambah tidak ada awan sebagai perisai (shield).
"Ini membuat suhu menyengat, dengan kisaran suhu 37 hingga 38 derajat Celsius," ujarnya.
Menurutnya, suhu panas ini terutama terjadi di wilayah Selatan Khatulistiwa. Seperti, Jawa, Bali, NTB hingga wilayah Timur Indonesia.
"Itu termasuk di wilayah Jabodetabek," katanya.
Meski demikian, kata Andri, suhunya tidak ekstrem, karena kondisi ini merupakan siklus tahunan.
"Itu siklusnya seperti itu ya, dengan suhu 37 hingga 38 derajat Celsius," ujarnya.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan penyebab utama suhu panas ini adalah posisi gerak semu matahari.
"Penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas di banyak wilayah Indonesia," kata Guswanto.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan mencukupi kebutuhan cairan.
Selain itu, perlu menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama, khususnya pada siang hari.
"Tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca mendadak seperti hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari," ujar Andri.