UPdates - Israel kembali melancarkan serangan udara dan artileri ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza dari utara ke selatan dengan menargetkan tenda-tenda di posko pengungsian serta gedung tempat para jurnalis bekerja, Minggu, 19 Oktober 2025.
You may also like : Gaza Jadi Kuburan Jurnalis, 210 Dibunuh Israel, Ratusan Terluka, dan 177 Ditangkap dalam 17 Bulan
Disadur dari Al Jazeera, sejumlah sumber medis di Gaza melaporkan sedikitnya 51 orang tewas sejak dimulainya gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat sejak 10 Oktober lalu.
You might be interested : Senjata Menipis, Netanyahu Setuju Gencatan Senjata Hari Ini, Menteri Israel: Kesalahan Besar
Selain korban jiwa, sekitar 150 orang lainnya luka-luka akibat serangan pasukan Israel sejak gencatan senjata diberlakukan.
Kelompok Hamas mengecam serangan terbaru tersebut, termasuk insiden penembakan tank yang menewaskan 11 anggota yang merupakan satu keluarga.
Hamas menyebut serangan itu sebagai “kejahatan yang dilakukan dengan sengaja” dan menuduh Israel menargetkan warga sipil yang tidak bersenjata.
“Serangan ini mencerminkan agresi berkelanjutan dan pengabaian terhadap kehidupan manusia,” ujar Hamas dalam pernyataan tertulis.
Hamas juga menyerukan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta para mediator internasional lainnya untuk segera turun tangan dan memastikan Israel mematuhi kesepakatan gencatan senjata.
Hamas juga meminta masyarakat internasional, lembaga kemanusiaan dan Lembaga hak asasi manusia dunia untuk bersama menekan Israel untuk menghentikan serangannya, serta meminta pertanggungjawaban para pemimpin Israel atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sebelumnya, Dilansir dari Reuters, gencatan senjata dimulai setelah pemerintah Israel mengumumkan persetujuannya pada Jumat, 10 Oktober 2025 dini hari.
Kesepakatan gencatan senjata dicapai dalam negosiasi selama tiga hari yang dilakukan mediator Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Turki serta dihadiri delegasi Israel dan Hamas. Negosiasi berlangsung di Sharm El-Sheikh, sebuah resor di tepian Laut Merah, Mesir.