UPdates—Hasan Nasbi sudah mengumumkan pengunduran diri sebagai kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) beberapa hari yang lalu.
You may also like : Pemindahan Napi Narkotika Bali Nine Terkesan Ditutup-tutupi, DPR: Kita Didikte Australia
Namun, anehnya ia terlihat mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 5 Mei 2025. Hasan tampak mengenakan kemeja putih, sama seperti yang dikenakan Presiden Prabowo Subianto dan para menteri Kabinet Merah Putih.
You might be interested : "Kita Harus Tahu Diri", Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi Mengundurkan Diri
Informasi yang beredar di kalangan wartawan, pengunduran Hasan ditolak Prabowo.
Prabowo sendiri dalam rapat itu menegaskan dirinya bisa memahami jika ada anggota Kabinet Merah Putih yang merupakan pejabat baru, bicara tidak tepat ke publik hingga menimbulkan kontroversi. Termasuk juru bicara kepresidenan dalam hal ini Hasan Nasbi.
"Saya saja baru menjabat berapa hari presiden salah jalan di Istana Merdeka. Bener cari WC di mana WC wajar. Jadi kita sudah lah ada mungkin juru bicara saya keseleo, ya namanya manusia dia baru menjabat ya gak?" jelas Prabowo sebagaimana dilansir keidenesia.tv, Senin, 5 Mei 2025.
Terpisah, Wakil Ketua Komisi XIII Andreas Hugo Pareira menegaskan bahwa kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan bukan hanya mesti andal mengelola strategi komunikasi Istana, tetapi juga memiliki sensitivitas tinggi terhadap isu-isu hak asasi manusia (HAM).
Hal itu ia tegaskan saat menyampaikan harapannya terkait sosok pengganti Hasan Nasbi yang mengundurkan diri dua pekan lalu.
"Posisi ini harus diisi oleh orang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia, termasuk perlindungan terhadap hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh," kata Andreas Hugo Pareira melalui rilis di Jakarta, Senin, 5 Mei 2025 sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari situs resmi DPR RI.
Kepala PCO yang baru, jelasnya, perlu memiliki pandangan yang sejalan dengan prinsip negara hukum dan penghormatan terhadap HAM. Sebagai pemimpin jubir Istana, kata Andreas, PCO harus menjadi representasi presiden untuk mengkomunikasikan kepada publik informasi yang dikehendaki oleh kepala negara.
"Untuk itu, jubir harus memahami persis hal-hal apa yang dikehendaki oleh Presiden untuk dikomunikasikan dan apa yang tidak untuk dikomunikasikan. Maka, kantor komunikasi harus benar-benar memahami berbagai arus informasi di dalam dan isu yang berkembang di luar," ujarnya.
Legislator dari Dapil NTT I itu menegaskan, ini sangat penting. "Sehingga bisa secara elegan menyampaikan informasi keluar dan merespons berbagai isu yang berkembang diluar," jelas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Seperti diketahui, Hasan Nasbi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala PCO setelah mengirimkan surat kepada Presiden Prabowo Subianto melalui Sekrestaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Senin, 21 April 2025. Dia mengungkapkan alasannya mengundurkan diri karena ada sesuatu hal yang tak bisa diatasi.
Selama menjadi Kepala PCO, Hasan Nasbi menuai sejumlah kontroversi. Salah satunya adalah respons dirinya ketika ditanya ihwal kiriman kepala babi terhadap jurnalis Tempo. Saat itu, kasus tersebut menjadi perhatian masyarakat karena dianggap sebagai intimidasi terhadap kemerdekaan pers.
Hasan Nasbi yang ketika itu dimintai pendapatnya terkait teror itu merespons dengan santai yakni agar kepala babi itu dimasak saja. Respons Hasan Nasbi menuai kritikan publik dan sejumlah tokoh, bahkan Presiden Prabowo juga menegur Hasan Nasbi.
Andreas sendiri pun sudah pernah mewanti-wanti Hasan Nasbi untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan terbuka. Kala itu, pimpinan Komisi HAM DPR ini menyebut pernyataan Hasan soal kepala babi arogan dan tak sensitif terhadap HAM.
Menurut Andreas, pernyataan Hasan soal teror kepala babi kepada jurnalis membuat publik mempertanyakan komitmen pemerintah dalam menjamin keamanan dan kebebasan berekspresi. Ia juga pernah mengimbau Hasan untuk meminta maaf.