UPdates—Setidaknya 12 warga sipil tewas, termasuk tiga anak-anak, dan puluhan lainnya terluka pada Selasa malam setelah dua kendaraan bermuatan bahan peledak diledakkan di kompleks militer di Pakistan barat laut. Serangan itu diklaim oleh kelompok militan.
Ledakan besar dan baku tembak terjadi saat matahari terbenam, saat orang-orang yang berpuasa Ramadan sedang berbuka.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengecam pelaku yang menargetkan warga sipil tak berdosa selama bulan suci Ramadan dengan menyebutnya sebagai teroris pengecut. Ia menegaskan bahwa mereka tidak pantas mendapatkan belas kasihan.
Presiden Pakistan Asif Ali Zardari juga mengutuk serangan itu dalam sebuah pernyataan. Ia menyebut itu serangan kejam dan memastikan seluruh negara menolak tindakan tercela seperti itu.
Serangan itu terjadi di Bannu, sebuah distrik di provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang bergolak di Pakistan, yang terletak berdekatan dengan wilayah suku yang sebelumnya diperintah sendiri di negara itu.
Seorang pejabat keamanan, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AFP bahwa jumlah korban tewas meningkat menjadi dua belas orang, termasuk tiga anak-anak dan dua wanita, dengan 32 orang terluka.
Seorang pejabat intelijen mengatakan kepada AFP bahwa 12 militan berusaha menyerbu kompleks tersebut setelah bom bunuh diri, dan enam dari penyerang berhasil ditembak mati.
"Ledakan itu menciptakan dua kawah setinggi empat kaki, dan karena intensitasnya, sedikitnya delapan rumah di daerah itu telah rusak," kata seorang pejabat polisi sebagaimana dilansir keidenesia.tv dari The New Arab, Rabu, 5 Maret 2025.
Kepulan asap abu-abu mengepul ke udara setelah dua ledakan bom yang kemudian disusul suara tembakan yang terus terdengar di area tersebut.
"Kekuatan ledakan itu membuat saya terlempar beberapa kaki jauhnya. Ledakan itu begitu kuat sehingga menyebabkan kerusakan signifikan di lingkungan sekitar," kata Nadir Ali Shah kepada AFP di rumah sakit.
Penduduk berusia 40 tahun yang mengalami cedera kepala dan kaki tersebut mengatakan, peristiwa itu sangat mengerikan. "Itu adalah pemandangan kehancuran yang mengerikan," ujarnya.
Serangan itu diklaim oleh sebuah faksi dari kelompok bersenjata Hafiz Gul Bahadur, yang secara aktif mendukung Taliban Afghanistan dalam perangnya melawan koalisi NATO yang dipimpin AS sejak 2001.
"Pejuang kami mendapat akses ke target penting dan mengambil alih kendali," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah seorang pembom bunuh diri menewaskan enam orang di sebuah sekolah agama Islam di Pakistan.
Tahun lalu adalah tahun paling mematikan dalam satu dekade bagi Pakistan, yang berpenduduk 250 juta orang. Serangan yang terjadi sepanjang tahun menewaskan lebih dari 1.600 orang.
Kekerasan sebagian besar terbatas pada wilayah perbatasan negara itu dengan Afghanistan.
Islamabad menuduh penguasa Kabul gagal membasmi militan yang berlindung di tanah Afghanistan saat mereka bersiap melancarkan serangan ke Pakistan. Tuduhan itu dibantah pemerintah Taliban.